Judul :
Bulan Terbelah di Langit Amerika
Penulis :
Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tebal :
349 halaman
ISBN :
978 602 03 3676 3
‘Would the world be better without Islam?’,
Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?’
Membaca kalimat tersebut menggetarkan hati
saya. Jawaban apa yang anda pikirkan jika kalimat tersebut ditujukan kepada
anda? Akan tetapi, jika kalimat tersebut ditujukan kepada saya sebagai orang yang
berkeyakinan Islam, maka akan saya jawab tidak. Jangan salahkan Islam akibat
perilaku orang-orang yang mengatasnamakan Islam. Selain itu, kita tidak bisa memungkiri
adanya orang-orang yang ingin menjadikan Islam sebagai sasaran untuk
meningkatkan oplah yang berakhir kekeruhan dan kepiluan. Luar biasa kuatnya
opini yang dibentuk media sehingga dapat memengaruhi perekonomian,
perpolitikan, sosial, dan budaya sebuah bangsa (halaman 43-44).
Buku ini memuat cerita perjalanan seorang hanum
yang bekerja sebagai reporter koran berita di Wina, mendapati tugas dari
Gertrud Robinson (atasan hanum) untuk menulis artikel dengan topik: ‘Would the
world be better without Islam?’, Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?’. Topik
yang berkaitan dengan tragedi 11/9 di Amerika. Tugas yang membawa hanum
menginjakkan kaki di benua Amerika dan sekaligus membawa hanum pada bulir-bulir
hidayah Nya. Menguji seberapa besar hanum menjaga keyakinannya.
Hanum bertemu dengan Azima seorang muallaf di
Amerika yang suaminya (Ibrahim)
meninggal dalam tragedi 11/9 hingga mengalami pergolakan batin atas keyakinan
yang telah dipilihnya dan Micheal Jones yang membenci Islam karena istrinya
juga ikut meninggal dalam tragedi 11/9. Melalui bantuan rangga, hanum bertemu
dengan Phillipus Brown, seorang jutawan Amerika. Ibrahim mengajari saya sesuatu. Usaha dan berupaya sekuat raya, dalam
keadaan apapun, hingga Tuhan melihat kesungguhan itu dan mengulurkan tangan
Nya. Ibrahim mengajari saya sesuatu yang bernama ikhlas. Ikhlas terhadap takdir
yang telah digariskan Tuhan, setelah usaha yang maksimal. Harapan besar yang
kandas, belum tentu sungguh-sungguh kandas. Tuhan tak akan mengandaskan impian
hamba-Nya begitu saja. Dia tak akan menaruh kita dalam kesulitan yang tak
terperi tanpa menukarnya dengan kemuliaan pada masa mendatang. Itulah mengapa
saya mendedikasikan hidup saya untuk umat manusia (halaman 306). Tutur
Phillipus Brown yang mengantarkan pada puncak dari kisah perjalanan hanum sekaligus
memberikan jawaban atas kegelisahan azima dan mengikis habis kebencian Micheal
Jones terhadap Islam serta pada saat yang sama menunjukkan pada dunia tentang
Islam yang rahmatan lil alamin.
Kalimat demi kalimat yang mengalir dengan
banyak kejadian yang menyesakkan sekaligus penuh haru. Sungguh tulisan yang
luar biasa. Alur cerita penuh dengan makna
yang dalam. Berkenaan dengan ketidaktahuan saya mengenai seberapa banyak bagian
fiksi dan realita yang ada di dalam buku ini, tidak mengubah esensi tulisan
didalamnya yang mengantarkan saya untuk memperluas wawasan sekaligus
memperdalam keimanan. Buku ini kembali mengingatkan saya mengenai hal pokok dari
sebuah perjalanan yang lebih besar dari sekadar menikmati keindahan dari satu
tempat ke tempat lain, melainkan menambah pengalaman, kerabat dan pengetahuan baru
sekaligus memperluas cara pandang. Menghargai apa yang sudah dianggap biasa di
negeri orang meski tak pantas buatku, adalah perjalanan panjang yang menempa
diri menjadi pribadi yang gigih untuk selalu toleran (halaman 22).
Menurut saya, melalui buku ini penulis bermaksud
menghadirkan nasihat untuk menjadi sebaik-baik pribadi muslim yang
memperjuangkan dan menyebarkan kebaikan bagi orang banyak di sekeliling kita
dan saya berharap banyak dari negeri ini, Indonesia, a home for the largest muslim population in the world. Duniamu
memerlukan lebih banyak agen kebaikan yang bisa menangkis anasir-anasir itu (halaman
329). Terlepas dari semua perdebatan mengenai konspirasi dibalik tragedi 11/9. Buku
ini membuat saya ingin mempelajari lebih dalam mengenai sejarah yang disajikan
melalui sumber-sumber lain. Namun, sayangnya, buku ini tidak menghadirkan
foto-foto pendukung seperti yang ada di buku, ‘99 Cahaya di Langit Eropa’.
Mungkin karena tujuan penulisan dari buku itu sendiri. Jika ‘99 Cahaya di
Langit Eropa’ bertujuan menitikberatkan tentang fakta sejarah Islam, maka buku
ini bertujuan menitikberatkan konflik untuk menggali makna terdalam tentang arti
beriman kepada Nya.