13 Agustus 2018

Judul              : Bulan Terbelah di Langit Amerika
Penulis           : Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Penerbit         : Gramedia Pustaka Utama
Tebal              : 349 halaman
ISBN              : 978 602 03 3676 3

‘Would the world be better without Islam?’, Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?’



Membaca kalimat tersebut menggetarkan hati saya. Jawaban apa yang anda pikirkan jika kalimat tersebut ditujukan kepada anda? Akan tetapi, jika kalimat tersebut ditujukan kepada saya sebagai orang yang berkeyakinan Islam, maka akan saya jawab tidak. Jangan salahkan Islam akibat perilaku orang-orang yang mengatasnamakan Islam. Selain itu, kita tidak bisa memungkiri adanya orang-orang yang ingin menjadikan Islam sebagai sasaran untuk meningkatkan oplah yang berakhir kekeruhan dan kepiluan. Luar biasa kuatnya opini yang dibentuk media sehingga dapat memengaruhi perekonomian, perpolitikan, sosial, dan budaya sebuah bangsa (halaman  43-44).

Buku ini memuat cerita perjalanan seorang hanum yang bekerja sebagai reporter koran berita di Wina, mendapati tugas dari Gertrud Robinson (atasan hanum) untuk menulis artikel dengan topik: ‘Would the world be better without Islam?’, Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?’. Topik yang berkaitan dengan tragedi 11/9 di Amerika. Tugas yang membawa hanum menginjakkan kaki di benua Amerika dan sekaligus membawa hanum pada bulir-bulir hidayah Nya. Menguji seberapa besar hanum menjaga keyakinannya.

Hanum bertemu dengan Azima seorang muallaf di Amerika yang  suaminya (Ibrahim) meninggal dalam tragedi 11/9 hingga mengalami pergolakan batin atas keyakinan yang telah dipilihnya dan Micheal Jones yang membenci Islam karena istrinya juga ikut meninggal dalam tragedi 11/9. Melalui bantuan rangga, hanum bertemu dengan Phillipus Brown, seorang jutawan Amerika. Ibrahim mengajari saya sesuatu. Usaha dan berupaya sekuat raya, dalam keadaan apapun, hingga Tuhan melihat kesungguhan itu dan mengulurkan tangan Nya. Ibrahim mengajari saya sesuatu yang bernama ikhlas. Ikhlas terhadap takdir yang telah digariskan Tuhan, setelah usaha yang maksimal. Harapan besar yang kandas, belum tentu sungguh-sungguh kandas. Tuhan tak akan mengandaskan impian hamba-Nya begitu saja. Dia tak akan menaruh kita dalam kesulitan yang tak terperi tanpa menukarnya dengan kemuliaan pada masa mendatang. Itulah mengapa saya mendedikasikan hidup saya untuk umat manusia (halaman 306). Tutur Phillipus Brown yang mengantarkan pada puncak dari kisah perjalanan hanum sekaligus memberikan jawaban atas kegelisahan azima dan mengikis habis kebencian Micheal Jones terhadap Islam serta pada saat yang sama menunjukkan pada dunia tentang Islam yang rahmatan lil alamin.

Kalimat demi kalimat yang mengalir dengan banyak kejadian yang menyesakkan sekaligus penuh haru. Sungguh tulisan yang luar biasa. Alur cerita penuh dengan makna yang dalam. Berkenaan dengan ketidaktahuan saya mengenai seberapa banyak bagian fiksi dan realita yang ada di dalam buku ini, tidak mengubah esensi tulisan didalamnya yang mengantarkan saya untuk memperluas wawasan sekaligus memperdalam keimanan. Buku ini kembali mengingatkan saya mengenai hal pokok dari sebuah perjalanan yang lebih besar dari sekadar menikmati keindahan dari satu tempat ke tempat lain, melainkan menambah pengalaman, kerabat dan pengetahuan baru sekaligus memperluas cara pandang. Menghargai apa yang sudah dianggap biasa di negeri orang meski tak pantas buatku, adalah perjalanan panjang yang menempa diri menjadi pribadi yang gigih untuk selalu toleran (halaman 22).

Menurut saya, melalui buku ini penulis bermaksud menghadirkan nasihat untuk menjadi sebaik-baik pribadi muslim yang memperjuangkan dan menyebarkan kebaikan bagi orang banyak di sekeliling kita dan saya berharap banyak dari negeri ini, Indonesia, a home for the largest muslim population in the world. Duniamu memerlukan lebih banyak agen kebaikan yang bisa menangkis anasir-anasir itu (halaman 329). Terlepas dari semua perdebatan mengenai konspirasi dibalik tragedi 11/9. Buku ini membuat saya ingin mempelajari lebih dalam mengenai sejarah yang disajikan melalui sumber-sumber lain. Namun, sayangnya, buku ini tidak menghadirkan foto-foto pendukung seperti yang ada di buku, ‘99 Cahaya di Langit Eropa’. Mungkin karena tujuan penulisan dari buku itu sendiri. Jika ‘99 Cahaya di Langit Eropa’ bertujuan menitikberatkan tentang fakta sejarah Islam, maka buku ini bertujuan menitikberatkan konflik untuk menggali makna terdalam tentang arti beriman kepada Nya.